Senin, 10 Oktober 2011

SKRIPSI JIWA : KARAKTERISTIK KLIEN YANG DIRAWAT DI RUANG MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL RUMAH SAKIT Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

Abstrak
Bagian Keperawatan Jiwa Komunikasi, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia (FIK UI) sejak bulan
September 2000 mengembangkan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dalam area garapan keperawatan
jiwa di rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. MPKP Jiwa, RS Dr. H Marzoeki Mahdi Bogor merupakan MPKP
pertama khusus jiwa. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei dengan metode kuantitatif, menggunakan
rancangan cross sectional, yang dilakukan pada periode rawat 4 Febuari sampai dengan 30 Juli 2001 terhadap status
klien jiwa sebanyak 79 kasus. Tujuan penelitian ini adalah terindentifikasinya karakteristik klien yang dirawat di ruang
MPKP. Pada penelitian didapatkan bahwa kelompok terbesar adalah kelompok usia dewasa (20-55 tahun) dan
kelompok jenis kelamin laki-laki yang terutama berdomisili di daerah Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang dan
Bekasi), khususnya di Bogor yaitu area terdekat dengan rumah sakit. Sebagian besar tidak bekerja, berpendidikan SMU,
sedangkan jumlah dengan status pernikahan “belum menikah” hampir sama dengan yang “sudah menikah” dan
termasuk golongan etnik Sunda. Mengenai diagnosis karakteristik keluarga klien yang terbanyak ditemukan sebagai
berikut: tipe keluarga besar dengan anak lebih dari 2, pola komunikasi tertutup dan mengadakan pertemuan keluarga
saat makan bersama. Status kesehatan yang terbanyak adalah alasan masuk rumah sakit adalah marah, marah dan
bicara-tertawa sendiri dan kelompok yang sebelumnya tidak pernah dirawat dibandingkan dengan kelompok yang
pernah dirawat jumlahnya hampir sama, dengan rata–rata lama rawat klien adalah 9 hari. Masalah keperawatan yang
terbanyak adalah masalah halusinasi. Pendidikan kesehatan yang dilakukan adalah terutama terhadap masalah waham
curiga dan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) ditujukan terhadap upaya sosialisasi. Sebagai diagnosis medik ditemukan
terbanyak  schizofrenia paranoid. Dengan demikian pada penelitian ini didapatkan bahwa karakteristik klien diruang
MPKP sangat bervariatif. Untuk melakukan terapi keperawatan yang optimal perlu adanya penetapan karakteristik klien
yang akan dirawat di ruang MPKP.
Abstract
Characteristics of clients nursed in Professional Nursing Model, Psychiatric Unit, Dr. H. Marzuki Mahdi
Hospital Bogor. Since September 2000, Community and Mental Health Department Faculty of Nursing University of
Indonesia, have developed Professional Nursing Practice Model (PNPM) on Psychiatric Nursing at Dr. H. Marzoeki
Mahdi Health Hospital. PNPM at Marzoeki Mahdi Hospital is the first PNPM especially for mental health. The study
was a quantitative cross sectional study conducted during the period February 4
th
 to July 30
th
 2001 and covering 79
client. The aim of the study was to identify characteristics of clients at PNPM. It was found that most of the clients were
males, aged 20-55 years, living in the area of Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang and Bekasi), especially in Bogor,
the city of the hospital. Most of them had no job, with a senior high school education whereas the number with
unmarried status was nearly the same with the number with married status and belonged to the Sundanese ethnic group.
Characteristics of the family were mostly as followed: big family, with more than 2 children, closed communication and
family meeting during meals. On health status it was found that clients were admitted to the hospital because of
angry/violence, angry/violence and talking/laughing by themselves, whereas the number of clients in the group never
nursed in a hospital before were nearly the same as the number in the group ever nursed before, with average length of
staying in hospital 9 days. It was revealed that the problem of hallucination was mostly found among the nursing
problems. Health education was mostly on efforts to eliminate paranoid problems and Activity Group Therapy was
focused on efforts to socialize the clients. The medical diagnosis of most of the clients was paranoid schizophrenia. It
was concluded that in this study characteristics of the clients in PNPM was very varied. For optimal nursing criteria of
clients at PNPM who should be admitted should be established.
Keyword: professional nursing practice model, characteristics, mental health clients, variety 2 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 7, NO. 1, JUNI 2003
1. Pendahuluan
      
Kemajuan teknologi dan peningkatan kesadaran
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang lebih baik memacu dunia keperawatan untuk
terus meningkatkan keprofesionalannya melalui
peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Upaya yang
telah dilakukan oleh lahan pelayanan keperawatan
(rumah sakit) maupun pendidikan keperawatan untuk
mencapai hal tersebut antara lain melalui pendidikan
berkelanjutan, pembentukan komite mutu asuhan
keperawatan. Upaya lainnya adalah pengembangan
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) yang
dirintis oleh Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (FIK UI) dan Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) dalam
garapan keperawatan medikal bedah sejak tahun 1996.
Bagian Keperawatan Jiwa Komunitas FIK UI sejak
bulan September 2000 mengembangkan MPKP dalam
area garapan Keperawatan Jiwa di Rumah Sakit Pusat
Bogor yang sekarang telah berubah nama menjadi
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Selain untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan
terhadap klien jiwa, ruang MPKP dikembangkan untuk
menciptakan lahan praktek bagi mahasiswa mata ajaran
jiwa agar mahasiswa mendapat pengalaman praktek
secara profesional di lahan yang kondusif.
Tidak hanya untuk mahasiswa staf pengajarpun dapat
tetap mengaplikasikan keilmuan secara langsung pada
klien di ruang MPKP ini. Banyak upaya yang telah
dipersiapkan untuk mengaplikasikan MPKP, misalnya
perumusan pedoman pelaksanaan, pedoman audit dan
lain-lain.
Berdasarkan hal-hal diatas, penelitian telah dilakukan
untuk menggambarkan karakteristik klien yang dirawat
di ruang MPKP sebagai bahan masukan penilaian
keefektifan pedoman yang telah dibuat.
Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi
karakteristrik klien yang dirawat di ruang MPKP, yaitu
mengidentifikasi data demografi/karakteristik klien,
karakteristik keluarga klien, status kesehatan klien,
terapi keperawatan yang diberikan terhadap klien dan
diagnosis medik.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survei dengan metode
kuantitatif menggunakan rancangan  cross sectional
dengan survei yang dilakukan pada periode rawat 4
Februari sampai dengan 30 Juli 2001 yaitu terhadap
status 79 klien jiwa dengan melihat beberapa
karakteristik klien dan keluarga seperti yang diuraikan
pada Gambar 1.
Karakteristik klien
Æ Usia
Æ Jenis kelamin
Æ Alamat
Æ Pekerjaan
Æ Pendidikan
Æ Status pernikahan
Æ Suku
Karakteristrik keluarga
Æ Tipe keluarga
Æ Pola komunikasi                                  
Æ Frekuensi rawat sebelumnya           Karakteristik
Status kesehatan             Klien di
Æ Alasan masuk            ruang MPKP        
Æ Frekuensi rawat sebelumnya
Æ Rata-rata lama dirawat
Æ Tingkat ketergantungan:
ƒ Saat datang
ƒ Saat pulang
Terapi keperawatan :
Æ Masalah keperawatan
Æ Terapi aktivitas kelompok
(TAK)
Æ Pendidikan kesehatan
keluarga
Diagnosis Medik
Gambar 1. Kerangka Konsep
Jenis data penelitian adalah data primer. Untuk analisis
data digunakan analisis univariat dengan tampilan
dalam bentuk distribusi frekuensi.
3. Hasil dan Pembahasan
Menurut Hoffant & Woods,  Model Praktek
Keperawatan Profesional merupakan suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan
untuk menopang pemberian asuhan keperawatan
1
 .
Metode pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan adalah perawatan primer
2
 Hasil penelitian .
yang dilakukan Zelauska dan Howes (1992) terhadap
delapan ruang rawat yang melaksanakan model dan
delapan ruang rawat sebagai kontrol (non-model)
didapatkan perbandingan: biaya perawatan per klien
per hari lebih rendah pada ruang rawat yang
menerapkan konsep MPKP dibandingkan dengan
ruang yang tidak menerapkan MPKP
1
 Selain itu  .
tingkat kepuasan kerja perawat di ruang model lebih
tinggi dibanding perawat di ruang non model, angka
perpindahan perawat ruang model lebih rendah
dibandingkan ruang rawat non-model
1
 .
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di luar
negeri oleh Hoffant dan Woods disimpulkan bahwa MAKARA, KESEHATAN, VOL. 7, NO. 1, JUNI 2003  3
model MPKP terdiri atas 5 sub-sistem yaitu nilai–nilai
profesional yang merupakan inti dari praktek
keperawatan profesional, hubungan yang profesional
antar profesi, metode pemberian asuhan keperawatan,
kompensasi dan penghargaan
3
 .
Salah satu aspek pada sub-sistem pendekatan
manajemen adalah penentuan karakteristik klien yang
dirawat di ruang MPKP. Hal ini penting untuk
mendukung pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan didukung oleh sumber daya dan
prasarana yang ada. Pada pelayanan profesional,
jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah
klien dan derajat ketergantungan dengan klasifikasi
menjadi 3 katagori, yaitu perawatan minimal/self care,
perawatan parsial/intermediate, perawatan maksimal/
total care
3
 .
Pengaplikasian konsep model praktek keperawatan
profesional jiwa di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi sebagai
perintis MPKP jiwa di Indonesia dimulai pada tanggal
12 Maret 2002 dengan diresmikannya Wisma Srikandi
sebagai ruang perawatan kelas 1 plus dengan
menggunakan konsep MPKP Jiwa.
Tujuan pembentukan MPKP Jiwa meliputi:
menyediakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang
berkualitas dan profesional, memberikan pelayanan
dan asuhan keperawatan yang berkesinambungan
dalam konteks keluarga, memberikan pelayanan
kesehatan jiwa secara tim (perawat, dokter, psikolog),
sebagai model yang dapat diunggulkan bagi rumah
sakit jiwa dan unit keperawatan jiwa di dalam maupun
di luar negeri, dan sebagai tempat belajar bagi perawat
yang akan mengambil spesialis keperawatan jiwa.
Untuk mencapai tujuan maka pengembangan MPKP
tetap didasarkan pada empat pilar profesionalisme
pelayanan keperawatan menurut Hopkins
4
yaitu:
1. Menggunakan pendekatan manajemen pelayanan
keperawatan didasarkan pada proses manajeman
keperawatan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan
pengendalian.
2. Sistem asuhan keperawatan yang diterapkan di
ruang MPKP adalah sistem asuhan dengan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Untuk
tindakan keperawatan telah disusun beberapa
pedoman tindakan keperawatan yang didasarkan
pada masalah–masalah keperawatan yang sering
ditemukan. Sebanyak sepuluh masalah
keperawatan telah disusun pedoman tindakan
keperawatannya. Selain pendekatan terapi
individual, juga diterapkan terapi yang berupa
terapi aktifitas kelompok (TAK). Untuk itu telah
disusun pedoman TAK meliputi: TAK stimulasi
persepsi, TAK stimulasi sensori, TAK sosialisasi,
TAK orientasi realita, manajemen perilaku
kekerasan. Untuk menjamin bahwa asuhan
keperawatan berkelanjutan, maka asuhan juga
diberikan kepada keluarga klien berupa pendidikan
kesehatan keluarga yang terprogram dan
sistematis. Diharapkan setelah selesai paket
pendidikan kesehatan, keluarga akan mampu
melaksanakan tugas–tugas kesehatan keluarga
secara paripurna.
3. Hubungan profesional yaitu pendekatan pelayanan
yang diberikan oleh tim kesehatan jiwa. Untuk itu
di ruang MPKP hubungan profesional ini di
implementasikan dalam bentuk:
a. Pertemuan/rapat tim kesehatan jiwa
b. Diskusi kasus tim
c. Kerjasama dalam pelayanan (visi dokter,
evaluasi psikologi, dan sebagainya)
4. Penghargaan karir di MPKP merupakan hal yang
sangat diperhatikan, sehingga untuk itu telah
dibuat dan diterapkan sistem pengembangan
sumber daya manusia ruang MPKP yang meliputi:
pola rekruitment dengan kriteria tertentu, orientasi
dan pelatihan sebelum terjun di MPKP, dan
pengembangan karir baik berupa pendidikan
berkelanjutan maupun promosi berdasarkan suatu
penilaian kinerja yang telah ditentukan.
Berdasarkan teori tersebut, maka pada penelitian
didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Data demografi atau karakteristik klien
Golongan usia telah dibagi menjadi lima katagori
yaitu anak (< 12 tahun), remaja (12 – 20 tahun),
dewasa muda (20 – 25 tahun) dan lansia yaitu
sama atau lebih 56 tahun (Tabel 1).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa golongan
klien yang dirawat di ruang MPKP terbesar adalah
golongan dewasa, 82.5% (20 – 55 tahun),
sedangkan yang terkecil golongan lansia dan anak
yaitu berturut-turut 2.54% dan 1.26%. Jenis
kelamin klien terbanyak adalah laki-laki 63.29%
(50 orang).
Berdasarkan domisili klien terbanyak adalah
Jabotabek (81.01) yaitu daerah Bogor yang
merupakan area terdekat dengan rumah sakit,
sedangkan daerah luar Jabotabek hanya 18.99%
yang merupakan daerah Jawa Barat. Hasil ini
dapat digunakan sebagai acuan bahwa model
MPKP jiwa yang baru dilakukan di Bogor dan
merupakan satu-satunya di Indonesia, baru
menjaring daerah Jawa Barat sebagai  customer.
Sebagian besar klien tidak bekerja, 69.62% (55
orang) dan berpendidikan SMU, 55.7% (44 orang).
Status pernikahan pada klien jiwa di ruang MPKP
hampir sama antara gologan yang belum   menikah 4 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 7, NO. 1, JUNI 2003
Tabel 1. Distribusi Demografi Klien MPKP)
(n =79)
Variabel  Frekuensi persentase
Usia
- <12 tahun
- 12-20 tahun
- 20-25 tahun
- 25-55 tahun
- >56 tahun
1
11
20
45
2
1.26
13.90
26.14
56.36
2.54
Jenis kelamin
- laki-laki
- perempuan
50
29
63.29
36.71
Alamat / Domisili
- Jabotabek
- Jakarta
- Bogor
- Tanggerang
- Bekasi
- Depok
Luar Jabotabek
- Serang
- Cianjur
- Pandeglang
- Sukabumi
- Rangkasbitung
64
22
29
4
4
5
15
5
3
3
2
2
81.01
27.85
36.71
5.06
5.06
6.33
18.99
6.33
3.80
3.80
2.53
2.53
Pekerjaan
- tidak bekerja
- bekerja
- swasta
- wiraswasta
- PNS
55
24
11
8
5
69.62
30.38
13.92
10.13
6.33
Pendidikan
- SD
- SMP
- SMU
- Diploma
- S1
- Lain-lain
4
9
44
5
12
5
5.1
11.4
55.7
6.3
15.2
6.3
Status pernikahan
- Belum menikah
- Menikah
- Janda
- Duda
- Cerai
40
30
1
3
3
50.60
37.98
1.27
3.80
3.80
Suku bangsa
- Sunda
- Betawi
- Jawa
- Cina
- Minang
- Melayu
- Aceh
- Batak
34
8
14
5
5
4
3
2
43.00
10.10
17.70
6.30
6.30
5.10
3.80
2.50
dengan yang sudah menikah yaitu 50.6% dan
37.98%.
Sedangkan suku terbanyak yang berkunjung ke
ruang MPKP adalah suku Sunda yaitu 43.0%.
b. Karakteristik kelurga
Penelitian ini melihat dari aspek tipe keluarga,
pola komunikasi dan frekuensi pertemuan keluarga
(Tabel 2).
Tipe keluarga yang terbanyak diruang MPKP
adalah keluarga besar dengan anak lebih dari 2
(93.67%). Sedangkan pola komunikasi terbanyak
digunakan keluarga klien adalah tertutup (53.16%)
dan hanya 24.05% dengan pola komunikasi klien
terbuka.
Pertemuan keluarga yang banyak dilakukan oleh
keluarga klien adalah pada waktu makan bersama
(39.30%). Sedangkan hanya 14.30% yang
menggunakan pertemuan keluarga untuk
penyelesaian masalah.
Berdasarkan data yang ada maka keluarga klien
gangguan jiwa di ruang MPKP menggunakan
komunikasi yang mal adaptif.
c. Status kesehatan
Hasil penelitian tentang status kesehatan klien
meliputi alasan  masuk, frekuensi rawat
sebelumnya, rata-rata lama rawat dan tingkat
ketergantungan.
Alasan masuk yang banyak ditemukan pada klien
gangguan jiwa hampir sama yaitu marah-marah
(15.33%) dan bicara/tertawa sendiri, 14.98%
(Tabel 3).
Sedangkan frekuensi klien yang sudah pernah
dirawat sebanyak  1 kali atau lebih memiliki
jumlah frekuensi lebih besar, yaitu 51.9% (Tabel
4).
Rata-rata lama rawat klien adalah 9 hari, dengan
paling lama 53 hari dan paling cepat 1 hari.
Berdasarkan tingkat ketegantungan klien
terbanyak adalah 72.15% klien datang dengan
tingkat ketergantungan total dan 50.63% klien
pulang dengan tingkat ketergantungan minimal
(Tabel 4).
d. Terapi keperawatan
Hasil penelitian tentang terapi keperawatan klien
meliputi masalah keperawatan, TAK dan
pendidikan kesehatan  keluarga.  MAKARA, KESEHATAN, VOL. 7, NO. 1, JUNI 2003  5
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Keluarga Klien MPKP
(n = 79)
Variabel Frekuensi Presentase
Tipe keluarga
- besar (>2 anak)
- kecil
74
5
93.67
6.33
Pola komunikasi
- Tertutup
- Terbuka
- Curiga
- Ejekan
- Bermusuhan
- Lain-lain
42
19
9
2
2
4
53.16
24.05
11.39
2.53
2.53
5.06
Pertemuan keluarga
- Makan bersama
- Ibadah
- Penyelesaian masalah
- Hari istimewa keluarga
- Lain-lain
11
8
4
3
2
39.30
28.60
14.30
10.7
7.20
Tabel 3. Distribusi Alasan Klien Masuk MPKP
(n = 79)
Variabel Frekuensi  Persentase
Alasan klien masuk
- Marah-marah
- Berbicara – tertawa sendiri
- Sulit tidur
- Curiga
- Menggangu lingkungan
- Tidak mau bergaul
- Bicara kacau
- Ketakutan dan ketidakberdayaan
- Menolak makan minum
- Keluyuran
- Tidak mampu merawat diri
- Bunuh diri
- Disorientasi
- Waham kebesaran
- Menolak minum obat
- Putus obat
- Riwayat pakai NAPZA
44
43
37
30
27
23
20
16
15
11
9
3
3
2
2
1
1
15.33
14.98
12.89
10.45
9.41
8.01
6.97
5.57
5.57
3.83
3.14
1.05
1.05
0.70
0.70
0.35
0.35
Masalah keperawatan klien ruang MPKP
terbanyak adalah halusinasi (26.37%) (Tabel 5)
Pendidikan kesehatan yang diberikan rata-rata
hampir sama yaitu untuk mengatasi waham curiga
(87.50%), harga diri rendah (76.47%), menarik diri
(72.22%), halusinasi (69,71%) dan perilaku
kekerasan (68,57%) (Tabel 6)
Selama periode penelitian telah dilakukan terapi
aktivitas kelompok  (TAK) sebanyak 181 kali
dengan frekuensi jenis TAK terbesar adalah
variabel sosialisasi sebanyak 37.02% (Tabel 7)
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Rawat dan Tingkat
Ketergantungan Klien
(n = 79)
Variabel Frekuensi  Persentase
Frekuensi rawat sebelumnya
- belum pernah (0 kali)
- sudah pernah ( ≥ 1 kali)
Tingkat ketergantungan
Datang
- Total
- Parsial
- Minimal
Pulang
- Total
- Parsial
- Minimal
38
41
57
21
1
6
30
40
48.10
51.90
72.15
26.58
1.37
11.50
37.97
50.63
Tabel 5. Distribusi Masalah Keperawatan Klien
Variabel Frekuensi Persentase
- Halusinasi
- Menarik diri
- Perilaku kekerasan
- Harga diri rendah
- Defisit perawatan diri
- Waham kebesaran
- Waham curiga
53
36
35
34
26
9
8
26.37
17.91
17.41
16.92
12.94
4.48
3.98
Tabel 6. Distribusi Pendidikan Kesehatan Klien
Variabel Frekuensi Persentase
Pendidikan kesehatan
- Halusinasi
- Menarik diri
- Perilaku kekerasan
- Harga diri rendah
- Defisit perawatan diri
- Waham kebesaran
- Waham curiga
53
36
35
34
26
9
8
69.71
72.22
68.57
76.47
34.46
33.33
87.50
Tabel 7. Distribusi Terapi Aktifitas Kelompok Klien
(TAK)
Variabel Frekuensi Persentase
- Sosialisasi
- Sitimulasi persepsi
- Stimulasi sensori
- Penyaluran energi
- Assertive training
67
50
29
35
19
37.02
27.62
16.02
19.02
7.73
Terapi aktivitas kelompok yang diberikan terjadi
ketidaksinkronan,   dimana   seharusnya    masalah  6 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 7, NO. 1, JUNI 2003
Tabel 8 Distribusi Diagnosis Medik Klien
(n = 79)
Variabel Frekuensi Persentase

- Sch Paranoid
- Psikotik akut
- Gg. Bipolar
- Episode Depresi
- Schizofrenia
- Sch Hebefrenik
- Depresi psikotik-bipolar
- Sch. Form
- Depresi
-Gg. Bipolar dgn ciri psikotik
- Gg. Afektif
- Gg. Bipolar afektif tipe manik
- Schizoafektif
- Psikosis + KP
- Sch. Hebefrenia
- Epilepsi dan Psikotik tak khas
- Sch. Tipe kepribadian scizoid
- Psikosis paranoid
31
12
5
3
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
43.70
16.90
7.00
4.20
2.80
2.80
2.80
2.80
1.40
1.40
1.40
1.40
1.40
1.40
1.40
1.40
1.40
1.40
keperawatan terbesar adalah halusinasi maka jenis
terapi aktivitas kelompok yang diberikan
seharusnya adalah berhubungan dengan stimulasi
sensori dan stimulasi persepsi.
e. Diagnosis Medik
Diagnosis medik terbesar adalah schizofrenia
paranoid yaitu sebesar 43.7% (tabel 8)
4. Kesimpulan
Karakteristik klien di ruang MPKP sangat variatif
karena belum ditetapkan karakteristik klien yang akan
dirawat di ruangan ini. Sebagai contoh usia klien yang
sangat bervariasi dari anak sampai lansia. Laki-laki dan
perempuan dirawat dalam satu unit ruang rawat yang
didesain mendekati home like.
Karakteristik keluarga yang beresiko besar terhadap
adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa,  adalah tipe keluarga yang menggunakan pola
komunikasi yang mal adaptif dan tidak menyediakan
waktu khusus untuk pertemuan keluarga.
Tim keperawatan di ruang MPKP dapat dikatakan telah
berhasil dalam menerapkan asuhan keperawatan. Hal
ini dapat dilihat dari penurunan tingkat ketergantungan
klien saat pulang dalam waktu perawatan rata-rata
yang cukup singkat (9 hari).
Namun ada hal yang perlu diperhatikan untuk tim
keperawatan dimana perawat belum melakukan terapi
keperawatan (terapi aktivitas kelompok dan pendidikan
kesehatan keluarga) yang benar-benar sesuai dengan
masalah keperawatan klien.
Untuk itu ruang MPKP perlu segera menerapkan
karakteristik klien yang akan dirawat di ruang MPKP
sebagai contoh berikut:
| Ruang perawatan kelas 1 + laki-laki golongan usia
dewasa
| Ruang perawatan klinik psikotik
Perlu dilakukannya penelitian yang lebih mendalam
untuk menilai hubungan antara karakteristik klien
dengan terapi keperawatan, terapi medik dan lain-lain.
Perlu dilakukan evaluasi selanjutnya terhadap pedoman
pedoman pelaksanaan penyelenggaraan ruang MPKP
dengan menggunakan data karakteristik klien yang
dirawat sebagai acuan.
Daftar Acuan
1. Sudarsono, R.  Berbagai model praktek
keperawatan profesional di rumah sakit. Seminar
dan semiloka model praktek keperawatan
profesional; Jakarta, Indonesia, 2000: 11.
2. Stuart GW, Laraia MT,editors, Stuart & Sundeen’s
Principles Practice of Psychiatric Nursing. St.
Louis, Mosby Publishing, 1995.
3. Gilles. D.   Nursing Management a System
Approach. Philadelphia, W.B. Saunders, 1989.
4. Akemat.  Pengembangan pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa dalam rangka praktik mandiri
perawat jiwa..  Seminar Praktik Keperawatan Jiwa
Mandiri; Bogor, Indonesia, 200

Tidak ada komentar: