Selasa, 11 Oktober 2011

7 CIRI GANGGUAN JIWA

7 CIRI GANGGUAN JIWA

Ada 7 ciri seseorang mengidap gangguan jiwa, jika ciri - ciri ini dapat dikenali dengan baik maka gangguan tersebut akan terdeteksi dengan sangat cepat, semakin cepat sebuahgangguan jiwa terdeteksi maka penanganannya juga lebih cepat. Melihat acara ditelevisi yang menayangkan banyaknya kejadian Bunuh Diri, maka perlu peran serta masyarakat agar kejadian bunuh diri tersebut dapat berkurang.



Menarik diri dari interaksi sosial : seseorang mulai memiliki keinginan untuk menyendiri, memiliki imaginasi yang sangat tinggi dan menikmati sebuah suasana kesendirian, suasana kesendirian yang terlalu berkepanjangan membuat seseorang menikmati kesendirian tersebut dan memicu munculnya fantasi - fantasi semu, jika fantasi - fantasi tersebut berubah menjadi sebuah persepsi nyata dan persepsi tersebut diyakini oleh yang bersangkutanmaka seseorang tersebut akan mulai berbicara sendiri, berbicara dengan fantasinya dll.
Mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang dan tempat. Seseorang mengalami ketidakmampuan untuk mengingat dimana dia berada dan jam berapa dia saat itu, orang dengan kesulitan orientasi ini terjadi karena memorinya hanya berputar pada masalah - masalah yang dia pikirkan, sehingga dia kehilangan kemampuan untuk mengenali waktu dan tempat.
Mengalami penurunan daya ingat dan daya kognitif parah : ketika diminta untuk melakukan perhitungan sederhana maka dia tidak mampu melakukan dengan mudah, perhitungan yang mudah tersebut menjadi sebuah tugas sulit untuk mereka.
Mengabaikan penampilan dan kebersihan diri : orang dengan gangguan jiwamengabaikan penampilan dan kebersihan diri, gambaran dirinya negativ sehingga mereka menganggap penampilan tersebut tidak penting, bahkan beberapa penderitagangguan jiwa parah telanjang dan tidak mengenakan busana berkeliaran kemana - mana.
Memiliki labilitas emosional : bisa mengalamai perubahan mood yang sangat cepat, perubahan yang fluktuatif ini membuat penderita gangguan jiwa menjadi susah terkontrol, stimulus yang sangat ringan bisa membuat mereka menjadi marahsecara berlebih atau justru sedih secara berlebih.
Memiliki perilaku yang aneh : mengurung diri dikamar, berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah berlebihan dengan stimulus ringan, tiba - tiba menangis, berjalan mondar - mandir, berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Memiliki keengganan melakukan segala hal : mereka berusaha untuk tidak melakukan apa - apa bahkan marah jika diminta untuk melakukan apa - apa.Jika anda menemukan beberapa gejala tersebut, alangkah baiknya segera membawa orang yang bersangkutan ke Psikiater, Dokter Spesialis Jiwa, Rumah Sakit Jiwa atau keKlinik Penyembuhan gangguan jiwa sehingga penderita masih bisa ditolong secepat mungkin.

Remaja adalah Periode Rawan Gangguan Kejiwaan

Remaja adalah periode rawan gangguan kejiwaan

Banyak orang tua yang merasa kuatir tentang perkembangan anaknya, terutama anak usia remaja, pada usia ini, anak-anak mulai ingin diakui sebagai seseorang, mereka sedang mengalami transisi dari anak - anak menuju dewasa hal ini sering disebut dengan istilah “Pencarian Jati Diri” Remaja mulai ‘Show Off’, ingin menunjukan kepada Dunia kalau dirinya ‘Ada’. Hal ini bisa berakibat fatal, apabila para orang tua kurang mendekatkan diri dengan anaknya. Inilah yang sering kita sebut sebagai ‘Anak Kurang Perhatian’. Mereka biasanya akan mencari perhatian diluar rumah.

Pada usia ini, mereka biasanya akan mencari perhatian, mereka akan mulai mencoba “Dunia baru” yang bisa mereka jajaki dan mereka anggap hebat contohnya, mereka akan mulai merokok, rokok akan menarik bagi mereka, karena menganggap bahwa rokok merupakan gerbang kedewasaan, karena biasanya orang tua yang merokok melarang anaknya merokok, dengan dalih, rokok hanya boleh untuk orang dewasa. Maka anak akan merasa sudah dianggap dewasa, jika mulai bisa merokok.! ini kesalahan orang tua perokok dalam memberi pandangan soal rokok pada anaknya.

Mengendari mobil secara diam-diam, mencuri kesempatan untuk meyogok sopir yang mengantarnya, agar mau melepaskan mobil untuk dikendarainya. kenapa hal ini terjadi.? Bagi remaja pemula yang sering dihandrik sebagai belum dewasa jika belum berumur tujuh belas tahun, yaitu batas seorang anak untuk mempunyai KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan SIM (Surat Izin Mengemudi), maka dengan mahirnya dia mengendarai mobil dan berhasil mendapatkan SIM, hal ini sebagai pengukuhan dirinya sudah dewasa.

Di Indonesia minuman beralkohol yang resmi (legal) dapat diperoleh setelah seseorang berusia 17 tahun, tetapi ada beberapa peraturan contohnya di beberapa negara bagian di Amerika Serikat, seseorang baru diperbolehkan mengkonsumsi minuman beralkohol bila telah berusia 21 tahun, karena dengan usia dewasa anda dianggap telah dapat mempertimbangkan dan bertanggung jawab atas diri pribadi dan apa yang dilakukan. Anak yang ingin segera dianggap dewasa, akan mengkonsumsi minuman beralkohol, hal ini lebih diperparah setelah anak menjadi ketagihan atas efek minuman beralkohol tersebut.! Disaat ini juga, bahaya narkotika mulai mengincar untuk masuk dalam kehidupan anak remaja yang sedang mencari jati diri tersebut.

Setelah merasa mendapat pengukuhan sebagai orang dewasa karena sudah mempunyai KTP, SIM dan bisa merokok, juga mampu menegak minum beralkohol, satu hal lagi yang membuat dirinya merasa sudah benar-benar menjadi ‘orang’ adalah bisa melakukan hubungan seks.!. Saat inilah orang tua harus benar-benar menjadi teman terpercaya untuk anaknya.

Banyak orang tua di Indonesia sangat mentabukan untuk membicarakan masalah seks dengan anaknya, sampai-sampai seorang anak membicarakan alat kelamin saja, sudah dihardik sebagai perkataan ‘kotor’, tidak pantas.! sehingga anak semakin bingung dan mendapat kesan bahwa hubungan kelamin itu sesuatu misteri, sudah menjadi sifat manusia, apa yang ditabukan, apa yang dianggap misteri, malah menarik perhatian lebih untuk mencoba dan mencari tahu.

Seorang teman yang tinggal di Jerman, ketika berkunjung kerumah saya, kebetulan meyaksikan berita-berita pembunuhan mahasiswi yang dilatar belakangi perbuatan seks mereka, dia mengatakan : ‘jika para orang tua gadis di Indonesia masih saja ketakutan dengan para play boy yang akan membuat hamil putri-putri mereka, maka orang tua model begini, belum siap menjadi orang tua, karena putri-putri mereka masih ‘bodoh’ pengetahuan tentang seksnya, sebab orang tuanya tidak membekalinya ilmu bela diri, ilmu perlindungan diri untuk bahaya seks.!”

Seperti telah kita ketahui bahwa pada usia 12 tahun (wanita) dan usia 14 tahun (bagi pria), organ-organ reproduksi beserta hormon-hormonnya mulai berkembang. Hal ini memberikan sensasi baru bagi putra-putri anda yaitu keinginan seksual.

Di Negara maju, pengetahuan soal seks sudah diajarkan dari sejak sekolah dasar, dan orang tua juga sangat terbuka untuk membicarakan seks dengan anak-anaknya. sehingga pengetahuan seks, anak mendapatkan secara benar dan dari sumber yang bisa dipercaya.

Kelemahan budaya kita, sebagai orang timur masih banyak orangtua yang enggan memberikan informasi-informasi yang menyangkut masalah seksualitas. Hal ini yang mendorong anak remaja mencari akses informasi lain. Akses untuk mendapatkan informasi melalui situs-situs porno di internet, majalah-majalah dan video-video pornografi, bahkan sekarang telepon genggampun bisa menjadi sarana penyebaran.

Sudah saatnya orang tua menjadi teman terpercaya anak-anaknya, termasuk urusan seks.! jaman sudah berkembang secara pesat, akses internet membuka pintu dunia pengetahuan secara mudah. Bukan hanya anak-anak yang mengambil manfaat untuk memperoleh pengetahuan kedewasaannya, tetapi orang tuapun diharapkan berlaku demikian.! cobalah ambil pengetahuan dari banyak web dan berita tentang kemajuan dunia, agar tidak tertinggal sehingga menyulitkan komunikasi dengan anak-anaknya.

Sebagai orang tua, tentu saja kita menginginkan mempunyai anak-anak yang baik, dan menjadi kebanggaan orang tua. Kita tidak menginginkan kegagalan dalam perkembangan anak-anak, Maka suatu kewajiban bagi kita sebagai orang tua untuk memberikan bekal informasi yang benar, juga membekali mereka dengan pendidikan moral dan agama, agar terbentuk menjadi manusia yang berakhlak dan berbudi luhur selain berilmu tinggi, karena keduanya tidak dapat terlepaskan.

Kita melihat, nasihat Albert Einstein (1879-1955) sebagai berikut: “Religion without science, is lame, Science without religion is blind”. (Agama tanpa ilmu pengetahuan akan lumpuh Ilmu pengetahuan tanpa agama, akan buta) maka penting bagi kita orang tua membekali puta-putri dengan akhlak yang baik, karena dengan pengetahuan dan ilmu yang tinggi, seseorang bisa menjadi manusia jenius.! 

TERAPI AKTIVITAS केलोम्पोक JIWA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

LAPORAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

 TOPIK : TAK Stimulasi persepsi halusinasi
 TERAPI : 16 orang mahasiswa keperawatan
 SASARAN : Klien yang berjumlah 5 orang
 RUANG : Melati RS. Jiwa Kendari

A. PENGERTIAN
1. HALUSINASI
a. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan persepsi sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara- suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, dan penghidu.
b. Etiologi
Menurut Budi Anna,SKP. M.App Sc. Dkk : pada proses keperawatan, kesehatan Jiwa 1998,adalah:
1). Adanya ketidak mampuan menilai dalam berespon realitas atau tidak
2). Dapat membedakan antara stimulus eksternal atau internal,
3). Terganggunya fungsi otak,
4). Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial.
c. Jenis – Jenis Halusinasi:
1). Halusinasi pendengaran ( auditorik ) secara manusia, hewan, musik,mesin, dll.
2). Halusinasi penglihatan ( Visual ) berbentuk sinar, kilatan, cahaya, orang, dll.
3). Halusinasi penciuman ( olfaktorius ) mencium bau – bauan
4). Halusinasi pengecapan, merasa mengecap sesuatu
5). Halusinasi peraba, klien merasa di raba atau di pegang.
d. Gejala Halusinasi
Menurut Rasman 1999: 24, gejala halusinasi yaitu:
1). Bicara, senyum, dan tertawa sendiri
2). Menarik diri dan menghindarkan diri dari orang lain
3). Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata
4). Tidak dapat memusatkan perhatian
5). Curiga, bermusuhan, merusak.



2. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
a. Pegertian TAK
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) simulasi presepsi adalah terapi yang mengunakan aktifitas mempresepsikan berbagai stimulus yang terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk di diskusikan dalam kelompok,hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah.

b. Kerangka Landasan Teoritis
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) kegiatan ini akan di lakukan agar klien di latih mempersepsikan simulasi yang di siapkan atau stimulasi yang pernah di alami,kemampuan presepsi klien di evaluasi dan di tingkatkan dari tiap sesi, dengan proses ini di harapkan respon klien terhadap berbagai stimulasi dalam kehidupan menjadi adaptip.

Aktivitas dapat berupa :majalah/ buku/ menggambar/ puisi, menonton TV ( ini merupakan stimulasi yang di sediakan) pengalaman mana proses masalah yang/ mana proses presepsi klien mall adaptasi atau distruktif misalnya kemarahan, kebencian,putus hubungan,pemandangan negatif pada orang lain ( stimulasi masa lalu ).


c. Tujuan 
1. Tujuan umum
 Peningkatan Kepekaan Tehadap stimulus

2. Tujuan khusus
 Klien dapat menjelasakan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi.
 Klien dapat memahami car menghardik halusinasi 
 Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi


d. Klien
1. Karakteristik/ kriteria
Dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok (TAK) Stimulasi sensorik mengambar di ikuti oleh semua pasien atau anggota kelompok yang mempunyai stimulus atau pengalaman di masa lalu.


e. Pembagian tugas
 Leader : ILHAM
 Co. Leader : .....
 Operator : .....
 Observer : .....
 Fasilitator : 1. .........
2. .........
3. .........

f. Proses Seleksi

1. Tempat pertemuan : Ruangan MELATi RSJ Kendari SULTRA
2. Waktu : Jam 10.00 Wita
3. Kegiatan : Latihan mengendalikan halusinasi dengan cara Menghardik
4. Jumlah anggota : 5 orang
5. Perilaku yang di harapkan dari anggota :
- Klien dapat menjelaskan cara mengontrol halusinasi
6. Prilaku yang di harap kan leader
- Menjelaskan tujuan aktivitas 
- Memperkenalkan diri 
- Menjelaskan aturan main
- Memberi’Reinforcement”bila perlu
- Memberikan respon yang sesuai dengan atau prilaku anggota
- Mengaktifkan kelompok
- Menyimpulkan keseluruhan aktivitas anggota
7. Metode dan media :
 Hand Phone
 Bola Kecil
 Papan Nama
8. Pengorganisasian 
- Kegiatan berlangsung dalam waktu 45 menit 
- Pembukaan dan perkenalan 
- Penjelasan atau permainan dan kontrak waktu
- Proses permainan 
a). Menjelaskan kegiatan terapis membagikan kertas yang telah di tulis dan di bagikan pada setiap pasien secara bergilir.


Pembagian Peran Setiap Anggota Tim Terapi
1) Peran Leader
 Sebagai katalisator yaitu mempermudah komunikasi dengan jalan menciptakan situasi dan suasna yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekkspresikan perasaannya
 Mengarahkan proses terapi aktivitas keara pencapaiaan tujuan dengan cara memberi motifasi pada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
 Sebagai penopang bagi anggota yang terlalu mendominasi 
2) Peran Co.leader
• Membatu leader dan menjalankan perannya
3) Peran operator
• Membunyikan Hand Phone 
4) Peran observer 
• Mengganti atau mencatat :
- jumlah yang hadir 
- siapa yang terlambat 
- daftar hadir
- siapa yang memberi
- topik diskusi
• Mengedintifikasi isi penting dalam proses :
• Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang
• Memprediksi respon anggota kelompok
• Menilai jalannya terapi aktivitas kelompok 

5) Peran fasilitator
• Mempertahankan kehadiran peserta 
• Mepertahan kan dan meningkatkan motipasi anggota 
• Mencega ganguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam kelompok

Proses Evaluasi anggota dan kelompok

1. Pelaksanaan pada hari Senin, tanggal 15 juni 2009, jam 10.00 Wita
2. Anggota kelompok 5 orang 
3. Anggota kelompok yang terlambat maksimal 30% dari keseluruhan
4. Anggota kelompok yang dapat mengedentifikasi dari temannya minimal 4 orang
5. Anggota kelompok yang dapat mengekspresikan perasaan, pikiran dan tingkah lakunya minimal 4 orang dari seluruh peserta
6. Setiap anggota dapat mengungkapkan perasaan terhadap terapi aktivitas kelompok sosialisasi yang di lakukan 

Alat bantu yang di gunakan :
1. Lembar penilaian
2. Hand Phone
3. Bola Kecil

A . TUJUAN
 Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
B . SETTING 
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran Kegiatan di lakukan di ruangan Melati RSJ Kendari.Srtuktur tata ruang sebagai berikut

Pesiapan tempat :















Keterangan :
L : Leader
Co. L : Co. Leader
Op : Operator
K : Klien
F : Fasilitator
T : Tape/ Hand Phone

Jika jumlah fasilitator yang cukup maka letak fasilitator klien, fasilitator mendampingi satu klien fasilitator diantara klien.

A. Alat
1. Bola Kecil
2. Hand Phone
3. Papan Nama

B. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi
3. Sharing persepsi

C. Proses Pelaksanaan
1) Persiapan 
a) Memilih klien sesuai indikasi : klien dengan halusinasi
b) Membuat kontrak dengan klien 
c) mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 

2) Orientasi
a) Salam terapeutik ”Assalamualaikum Warahmattulahhi Wabbarakatuh”
b) Tujuan
Agar klien mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
c) Penjelasan aturan main :
 Jika ada peserta yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin pada pimpinan TAK
 Lama kegiatan selama 45 menit
 Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.


3) Tahap kerja 
a) Terapis menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengar dengan cara menghardik ”cara menghardik yaitu menutup kedua mata dan telinga kemudian katakan” TIDAK dan KAMU SUARA PALSU SAYA TIDAK MAU DENGAR KAMU”dan di ucap kan dalam hati dengan su ngguh-sungguh pada saat suara-suara atau halusinasi datang lagi.
b) Operator memutar tape dan mengedarkan bola dengan teknis berlawanan dengan searah jarum jam pada saat tape di matikan dalam anggota kelompok yang memegang bola harus menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
c) Kegiatan B di lakukan sampai semua klien mendapat giliran 
d) Setiap kali klien selesai mempraktekan cara menghardik terapis mengajak klien lain bertepuk tanggan

4) Tahap terminasi 

a) Evaluasi respon 
Respon subjektif : menajakan perasan klien setelah mengikuti TAK ” bagai mana perasaan bapak setelah mengikuti kegiatan ini?”

b) Rencana tindak lanjut : 

Terapis menganjurkan untuk selalu mempraktekkan dan berlatih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik ”nah sekarang waktunya sudah selesai saya harap anda semua bisa melakukan atau mempraktekkjan cara menghardik dengan benar dan selalu melakukan cara tersebut pada saat suara-suara atau halusinasi datang lagi”

c) Kontrak yang akan datang :

- Topik : nah pak! dua minggu kedepan akan ada lagi kegiatan seperti ini yang akan di adakan oleh teman-teman saya yang lain
- Waktu : teman-teman saya akan melaksanakan kegiatan seperti ini dua minggu kedepan
- Tempat : teman-taman saya yang lain akan melaksanakan kegiatan seperti ini di ruagan ini juga.

d). Evaluasi dan Dokumentasi 

Format evaluasi
Kemampuan stimulasi sensori menghardik


No Aspek yang di Nilai Nama Klien
Tn.H Tn. Y Tn. J Tn. S Tn. SR
1. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir 
2. Menceritakan cara mengontrol halusinasi (menghardik) 
3. Mempraktekan cara mengontrol halusinasi (menghardik) 
4. Menyebutkan efektitas cara menghardik 
Jumlah